Pelayan Seks bule
Pelayan Seks bule
CERITA SEX GAY,,,,,,,
Awal ceritanya, ketika aku harus terluntang lantung di Jakarta, karena kasus memalukan yang terjadi padaku yang mengharuskanku pergi meninggalkan desaku. Aku terpaksa mengemis dari rumah ke rumah demi mengisi perutku yang kosong. Pada suatu malam, aku pingsan karena lelah dan lapar yang tak tertahan. Namun ketika aku terbangun, ternyata aku sudah berada di sebuah kamar mewah. Di sampingku, duduk seorang pria bule dengan sepiring nasi lengkap dengan lauknya di tangannya. Ia menawarkanku makan dengan menyodorkan sendok berisi sesuap nasi. Karena lapar, tentu saja ku buka mulutku menerima tawaran yang sangat menggoda itu.
Suap demi suap nasi mulai mengisi perutku dan rasa kenyang membuatku kembali merasa hidup. Meski belum mampu berinteraksi dengan baik, tetapi aku sadar bahwa aku telah beruntung karena ditolong oleh seseorang yang menurutku adalah orang yang cukup berada, karena kamar di mana aku dibaringkan adalah kamar yang cukup mewah. Setelah aku merasa kenyang, lelaki itu berhenti menyuapiku dan menutupi tubuhku dan membiarkanku beristirahat di kamar itu.
*********
Pagi harinya aku terjaga dari tidurku yang begitu pulas karena kelelahan. Aku sadar bahwa tadi malam aku pingsan di depan sebuah rumah, dan masih ku ingat seseorang menyuapiku makan hingga aku tertidur dan terbangun pagi ini. Aku mencoba beranjak dari tempat tidur empuk itu dan membuka selimut yang menutupi tubuhku. Aku sangat terkejut karena aku tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Dan yang lebih membuatku terkejut, ternyata laki-laki yang tadi malam menyuapiku ternyata juga tidur satu ranjang denganku juga tanpa mengenakan sehelai pakaianpun. Aku jadi berpikir, apakah tadi malam, laki-laki ini telah berhasil menikmati tubuhku di saat aku terlelap dalam lelah?
Aku yang tadinya mau beranjak meninggalkan tempat tidur, kembali memasukkan tubuhku yang tanpa busana ke dalam selimut. Dalam kebingungan harus berbuat apa, tiba-tiba laki-laki di samping menggeliat dan memandangku dengan senyuman manis sambil mengucapkan sepatah kata yang aku tidak mengerti artinya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya padaku dan menyebutkan sepatah kata yang sepertinya adalah namanya…
“I’m Kevin!” katanya dengan sedikit senyum di bibirnya. Sepertinya ia mengajakku untuk berkenalan, maka ku ulurkan tanganku, tapi aku berpikir lebih baik merahasiakan saja namaku, lalu ku sebut saja sebuah nama sembarang.
“Lili…” jawabku sambul menyambut uluran tangannya.
“Lily??? Wow beautiful name…!” kata lelaki itu yang sepertinya memuji. Ia kemudian berdiri dan mengenakan pakaian yang bergantung di sisi belakang pintu kamarnya. Sepertinya ia akan bersiap berangkat kerja atau entahlah. Yang pasti aku belum tahu di mana aku tinggal dan siapa-siapa saja yang tinggal di rumah besar ini.
Setelah laki-laki itu keluar dari kamar dan menutup pintu kamar. Aku mulai berdiri dan mencoba melihat ke sekeliling ruangan berusaha mengamati tentang keadaan kamar. Dinding beton putih berhias wallpaper bunga pada bagian atas, serta beberapa perabot yang terlihat mahal. Meski sadar tanpa busana, aku mencoba melangkah menyusuri setiap sudut kamar. Tepat di depan meja rias dengan cermin besar, aku berdiri menatap tubuhku yang bugil. Terbesit lagi dalam pikiranku tentang apa yang terjadi pada tubuhku saat aku terlelap dalam lelah. Ku perhatikan dan ku pegang payudaraku, lalu ku angkat kakiku untuk sekedar melihat belahan vaginaku melalui cermin itu. Namun ku sadari, bukan penyesalan atau ketakutan yang ku rasakan, tetapi justru keinginan untuk menikmati percintaan dengan lelaki bule itu dalam kesadaran.
Saat sedang asyik berimajinasi di depan cermin dengan satu kaki mengangkang, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dan ku lihat seorang pemuda berusia sekitar belasan masuk ke dalam kamar. Aku menjadi sangat terkejut, begitu juga pemuda itu. Dengan wajah sangat terkejut, ia sepertinya bertanya:
“Who are you?” Aku yg tidak begitu mengerti dengan kata-katanya hanya terdiam sambil menutup payudara dan vaginaku dengan kedua tanganku. Pemuda itu seperti terpaku melihat tubuhku dan sepertinya ia memperhatikan setiap bagian tubuhku. beberapa saat kemudian ia bertanya:
“Kamu bisa ngomong?” begitu tanyanya masih dengan logat bule. Sepertinya pemuda ini bisa berbahasa Indonesia meskipun tidak terlalu paseh. Aku tidak menjawab pertanyaannya, kecuali hanya dengan sedikit anggukan. Pemuda itu melangkah mendekatiku, lalu duduk disampingku.
“Kami menemukanmu tadi malam pingsan di depan rumah kami, lalu kamu kami bawa masuk ke dalam rumah kami.” Katanya kepadaku.
“Terima kasih” jawabku singkat.
“Kamu punya tubuh bagus,,, dari mana asal kamu?” Ia bertanya padaku sambil memperhatikan tubuhku yang bugil. Aku tidah menjawab pertanyaannya, karena malu melihat caranya memperhatikan tubuhku. Tanpa bertanya lagi, tiba-tiba pemuda itu memegang kedua tanganku yang menutup payudara dan kemaluanku, dan ia membaringkaku kembali di tempat tidur itu. Meski dengan ekspresi menolak dan malu-malu, tetapi sebenarnya aku berharap ia akan menyetubuhiku.
Dengan tubuhku yang terlentang, pemuda bule itu menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, lalu menciumi bibirku, melumat, dan sesekali memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Beberapa saat kemudian ia mulai turun menciumi dan menjilati leherku dan bergerak ke arah belakang kupingku. Luar biasa getaran yang ku rasakan, Sementara itu, tangannya mulai merayap ke dadaku dan meremas-remas payudaraku, menambah besar gairah dalam diriku.
Hanya sebentar ia melakukan itu semua pada tubuhku, ia kemudian berdiri di sisi tempat tidur dan melepaskan seluruh pakaiannya. Dapat ku lihat kemaluannya yang besar dan sudah sangat tegang. Terlihat jelas urat-urat di batang kemaluannya. Setelah seluruh pakaiannya terlepas dari tubuhnya, ia kembali naik ke tempat tidur dan memiringkan tubuhku lalu ua berbaring di belakangku dengan posisi menghadap ke arahku. Dalam posisi miring, ia mengangkat salah satu kakiku, sehingga selangkanganku terbuka lebar. Saat itulah ku rasakan, ia mulai mengarahkan kemaluannya yang panjang dan besar itu ke arah kemaluanku dan dengan sedikit genjotan, kemaluannya telah masuk dalam rongga vaginaku tanpa kesulitan.
Ini pertama kali ku rasakan sensasi bercinta dengan gaya miring. Batang kemaluannya yang besar dan panjang membuat nada gesekan yang ku rasakan terasa sangat panjang. Kenikmatan penis besar pemuda itu telah membuat vaginaku cepat sekali basah. Suara decak vaginaku yang basah seiring dengan keluar masuknya penisnya, seakan menambah nikmat bercinta yang ku rasakan. Aku benar-benar terbuai dalam alam kenikmatan yang luar biasa.
Namun tak berapa lama, pemuda itu mencabut penisnya dari vaginaku. Ia berbaring terlentang di sampingku dan menarik tubuhku untuk duduk di atas tubuhnya. Kemudian ia menarik tubuhku dan memelukku sambil mencium bibirku. Sementara salah satu lengannya memeluk pinggangku, tangannya yang lain kembali mengarahkan penisnya ke rongga vaginaku. Birahi yang tak terkontrol membuatku menginginkan penis itu masuk kembali ke vaginaku. Ku posisikan tubuhku agar penisnya dapat dengan mudah masuk kembali ke vaginaku.
Luar biasa rasanya, saat penis itu kembali mengisi rongga vaginaku. Dalam posisi di atas, aku seakan dipaksa untuk aktif bergerak, agar penisnya dapat secara sempurna keluar masuk dalam vaginaku. Dengan posisi agak menungging itu, tiba-tiba ia mencapai klimak dan menyemburkan spermanya di dalam vaginaku. Meskipun aku masih menginginkan permainan itu berlanjut, tetapi harus turun dari tubuh pemuda itu dan mengeluarkan penisnya yang mulai melemas. Bersamaan dengan keluarnya penisnya dari rongga vaginaku, spermapun mulai menetes keluar di antara belahan vaginaku bercampur dengan air vagina.
Pemuda yang terkulai lemah di sampingku, kembali bangkit dan menciumku lalu berkata, “Kamu akan tetap berada di sini. Semua keperluanmu akan kami penuhi. Tugasmu hanya menemani kami saat kami ingin bercinta…”
Begitulah kata-kata terakhir pemuda itu sebelum ia keluar meninggalkanku sendiri di kamar. Dan ternyata, kata-kata itu adalah kontrak tak tertulis yang telah aku tanda tangani dengan tinta kenikmatan seks. Hari-hariku hanya diisi dengan melakukan hubungan seks dengan keluarga bule itu. Aku pun mulai terbiasa siap setiap saat menunggu setiap orang yang ingin menikmati vaginaku. Dan aku beruntung, karena sampai detik ini, aku selalu menikmati setiap hubungan seks yang ku lakukan, tanpa sedikitpun merasa terbebani, kelelahan, atau pun bosan….. Aku tidak perlu lagi bekerja atau meminta-minta untuk mencari makan, seperti halnya saat pertama kali aku datang ke kota ini….,,,,,,,,,,,,,,,,
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest